Tuesday, February 18, 2014

Tentang Cinta : Notes

Dear Kamu,

Entah kamu nanti akan membacanya besok atau bahkan tidak sama sekali tapi aku mengetik ini malam-malam ketika akhirnya aku bisa melukis kembali wajahmu dalam imajiku yang kian hari kian hilang. Alismu nan tebal bagai alis mata Sinchan ( ya, 2 garis tebal yang bertengger di atas matamu); hidungmu yang kokoh bagai Shahru Khan (hahaha, ingatkah kamu ketika meniru tariannya?); dan bibirmu yang tebal dan menghitam karena terlalu sering melumat teriknya sinar matahari. Itu belum seberapa, hingga aku bisa membayangkan bagaimana tangan dan semua indra yang ada padamu 'menyentuh' aku.
 .
 .
Akhh.. betapa ternyata aku merindukan setiap detil yang ada padamu.

Dan aku baru menyadari alasanku tidak pernah mau menyimpan foto kita berdua dan kemudian dengan sengaja menyusunnya menjadi altar pemuja rindu. Karena aku tidak mau hubungan kita seperti itu, sama sekali tidak. Sekedar hubungan basi yang dipenuhi dengan senyum sopan santun, ritual kamis malam, pameran kemesraan, atau menjalani hal sesuai dengan tempatnya.

Malam ini aku baru menyadari apa arti hubungan kita. Bahwa yang kita pertahankan bukan sekedar sebuah ikatan legal yang berkekuatan hukum dan sah dimata-Nya, bukan pula definisi eksistensi kita dalam masyarakat luas. Jelas sekali bukan seperti apa yang ada di buku atau apa yang orang kebanyakan bilang.

Tapi kita adalah..
Aku yang ternyata cacat tanpamu dan begitu pula sebaliknya.
Aku yang tidak bisa tidur tanpa kulitmu menyentuh kulitku.
Aku yang selalu rindu pelukmu meski 5 detik lalu baru kurasakan.
Aku yang berusaha mengerti kesukaanmu dan sebaliknya.
Aku yang tertawa saat kita berada dalam kesulitan.
Aku yang menunggu hingga larut malam, begitu juga kamu.

Satu hal yang pasti, kita adalah aku yang berjanji untuk membawa dan memakan whopper bersamamu dan kamu adalah yang menahan lapar untuk memakan whopper bersamaku.


No comments:

Post a Comment