Friday, January 11, 2013

Menggandakan 12

Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan temen-teman terdekat saya dalam acara yang berbeda-beda. Komposisi teman-teman dekat ini adalah 2 orang teman sekelas saat SMA, 4 orang teman kuliah yang sejurusan, 2 orang teman kuliah tidak sejurusan dan 4 orang teman segeng saat SMA. Mereka ini adalah orang-orang yang saya jaga kualitas hubungannya, dimana bertemu dengan mereka secara rutin (entah seminggu sekali atau sebulan sekali) adalah hal yang wajib saya lakukan, semata-mata demi menjaga hubungan ini tetap erat dan dekat. Tentu saja teman-teman saya ini belum tentu saling mengenal satu sama lain karena perbedaan sejarah pertemanan dengan saya, dan tentu saja hubungan kami tidak melulu lancar dan mulus. Namun berada didekat mereka adalah salah satu pelepas stres paling mujarab, tempat belajar paling pengertian dan tempat konsultasi yang sangat bijak. Bagaimana tidak, jika setiap sehabis bertemu dengan mereka saya selalu merasa menjadi baik-baik saja meski saat itu saya sedang dirundung masalah serius, atau saya selalu menjadi lebih pintar dan lebih bijak satu tingkat sedikit dari saya yang sebelumnya.

Ke 12 teman saya ini memang orang-orang yang paling mengerti dan bisa menerima saya apa adanya, mereka adalah orang-orang yang paling tepat untuk menampar saya saat saya melakukan kesalahan atau sandaran yang paling kokoh saya butuh bantuan. Saya pun berusaha bisa menjadi tangan sakti yang siap menampar lembut atau pundak kokoh untuk sandaran kelelahan saat teman-teman saya butuh bantuan saya. Dengan si Perawan Suci yang siap mengeluarkan petuah bijak tentang karir, dengan si Anjarwati yang bisa berbincang mengenai bisnis kreatif dan aktif berorganisasi, dengan si Kesayangan saya bisa berbicara mulai dari puisi, politik hingga ke arti hidup, dengan si Kuping Ndusel dan Jangkung saya selalu dapat motivasi tentang apapun dan lainnya. Ah mereka :")

Oke, sebentar mungkin saya harus jabarkan dulu definisi teman dekat menurut saya seperti apa
Adalah mereka yang bisa dan mau menerima kekurangan dan kelebihan saya tanpa langsung memberikan label atas tindakan baik atau buruk yang saya lakukan. Adalah mereka yang mau menampar saya saat saya melakukan kesalahan dan yang menawarkan pundak saat saya kesusahan. Adalah mereka yang saya tau mau mendengarkan keresahan hati, bukan hanya mereka yang hanya berbicara tentang keresahan hati. Adalah mereka yang saat kita bertemu bukan saling berkata "hai, apa kabar udah lama ga ketemu" tapi langsung bertanya "jadi hidup lo gimana nih? ada cerita apa?". Adalah mereka yang walau tidak bertemu lama, namun rasanya selalu dekat.
Dengan paparan diatas tentu saja membuat nominasi teman dekat menjadi sedikit bukan? Kadang saya merasa sangat picky dalam memilih teman dekat, karena jeleknya saya adalah lebih memilih menjaga hubungan dengan teman dekat ini daripada membuat teman baru yang banyak tapi tidak bisa selamanya bersahabat. Iya, saya lebih memilih kualitas pertemanan dibandingkan dengan kuantitasnya. Dan jeleknya lagi, kadang saya malas berteman serius dan membuka diri dengan orang-orang yang sudah punya asumsi/label tentang saya tanpa mau mengenal saya lebih dalam lagi. Rasanya seperti menjedotkan kepala ke tembok keras dimana hasil akhirnya bisa jadi sakit tapi jebol juga atau kesia-siaan. 

Tapi sekali lagi, salah satu teman baik saya berhasil menampar saya kembali. Bahwa dengan tidak membuka diri kepada orang lain untuk mengenal diri saya sebenarnya adalah kerugian terbesar. Saya jadi mempersempit segala hal yang baik yang mungkin datang dari orang lain, saya juga jadi membiarkan asumsi salah tentang saya tersebar diluar tanpa ada konfirmasi. Saya membiarkan diri saya dinilai salah tanpa ada perlawanan. Mungkin tepatnya bukan perlawanan, tapi membiarkan circle stage 2 dimasuki oleh orang baru.

Baiklah kalo begitu, apakah angka 12 ini akan mengganda jika saya buka lubang pad circle 2 ini?

No comments:

Post a Comment